Dikirimkan : Sabtu, 3 Februari 2007
Dengan hormat dan salam sejahtera,
Terima kasih, mas Bambang Setiawan, karena obrolan kita yang lalu bisa Mas ewer-ewer hingga bisa menjangkau kepada Mas Sarnen Sudjarwadi (sarnen@blt.co.id), Mas Anto (anto@nakertrans.go.id) hingga Mas Darmanto (lelessudarmanto@yahoo.com). Salam kenal di dunia maya.
Pada intinya, saya mendukung gagasan Mas BS. Dan saya yakin, secara alamiah para priyayi Wonogiri di mana pun, yang berkiprah dalam bidang apa pun, pasti selama ini pula telah mempromoskan Wonogiri dan sekaligus menjadi tauladan bagi warga Wonogiri di sekitarnya.
Kiprah monumental PAKARI-nya Mas Sarnen, yang mau wayangan di UI, adalah salah satu contoh. Semoga lakon “Gatutkoco Gandrung”-nya, yang berbarengan (beda 3 hari sih) dengan Hari Valentine, akan semakin membuat warga Wonogiri yang lagi belajar di UI, atau tinggal di Jakarta, kena wabah greget cinta untuk tidak lupa dalam memikirkan Wonogiri. Prakarsa PAKARI, Pemda dan UI, itu pantas diacungi jempol.
Mas Sarnen, acara wayangan di UI itu sudah saya dengar sebulan lalu dari orang “Portugal.” Ia kirim SMS tentang hal itu. Tapi “portugal” itu diartikan sebagai “lahir di purwokerto, besar di tegal.”
Dia adalah Mas Ito, alias Prof. Sarlito Wirawan Sarwono, yang bilang telah berkali-kali datang ke Wonogiri untuk mempersiapkan acara wayangan itu. Di salah satu blog saya, http://esaiei.blogspot.com/2004/12/mandom-resolution-award-2004-2.html, saya telah menulis profil tentang Mas Ito yang saya kenal. Semula dari jarak jauh (dari kaset sex education) sampai jarak dekat, ketemu dan saya kena gojlok di Hotel Borobudur. Istri beliau adalah kakak kelas saya.
Kalau Mas Sarnen ketemu beliau, tolong titip salam. Katakan, apa bisa tampil sebagai bintang tamu di acara munculnya punokawan dengan memainkan lagu “Danny Boy” dengan saxophone-nya ? Mas Ito kan jago main piano dan juga main sex, eh, saxophone.
Mas Sarnen, saya harap semoga acaranya sukses. Ini impian saya : alangkah baiknya bila siangnya di sekitar Balairung UI Depok itu (“jelek-jelek saya jebolan UI tapi belum pernah menginjak balairung ini”) ada pameran tentang Wonogiri. Bisa membagikan leaflet, dodolan kaos, batu mulia, kerajinan akarwangi, promosi cabuk, pameran foto, yang dijaga oleh mahasiswa/i UI asal Wonogiri. Kayak pasar malam yang serba Wonogiri.
Mas BS, ide pasar malam adalah pula ide yang muncul di kepala saya, terkait upaya menjembatani wong-wong sukses Wonogiri (“menurut saya sih, semua WNA itu selalu sukses ; kan slogan Wonogiri juga sukses) yang tinggal di luar Wonogiri dengan anak-anak muda di Wonogiri, atau pun mereka yang di luar Wonogiri, bisa dimulai dari website yang dirintis oleh PAKARI.
Kan website itu media digital, kapasitasnya tidak terbatas, sehingga di dalamnya bisa dipajang beragam, hingga ratusan kios maya untuk melayani urusan komunikasi warga WNA, di mana pun berada di dunia. Saya sendiri, sebagai seorang epistoholik, telah mengurusi lebih dari 40-an blog di Internet. Yang tentang Wonogiri di The Morning Walker : http://wonogirinews24.blogspot.com (isinya antara lain, “ngrasani Mas Bambang Setiawan :-)”).
Jadi misalnya, di website itu akan terpajang daftar milis yang bisa dipilih oleh WNA menurut kohor (kelompok umur), minat, asal (saya sudah kesandung situs web warga Girimarto) dan rincian alamiah yang bisa mereka dirikan sendiri, bisa berlanjut atau lalu bubar, karena di Internet itu pola interaksinya memang bersifat cair dan dinamis.
Di websitenya PAKARI, diharapkan bisa dipajang daftar blog dan situs orang-orang Wonogiri sampai orang luar yang cinta Wonogiri. Untuk memperoleh gambaran bagaimana keriuhan itu diperlukan dan penting, bisa ditengok dari link ini (moga masih hidup ya ?) : http://kompas.com/kompas-cetak/0403/08/tekno/884508.htm
Untuk mengisinya, bisa ditempuh, misalnya ketika warga WNA yang ada di Jakarta, saat pertemuan di rumahnya Pak Daryatmo (4/2/2007), bisa dilakukan wawancara dengan tokoh-tokoh tertentu. Idealnya sih semua yang hadir itu bisa dijadikan berita (lha wong kolomnya tidak terbatas, sak kesele sing ngetik.) dengan ragam pertanyaan atau isu menarik. Lalu hasilnya bisa di pajang di situs kita pula. Dengan kamera digital, fotonya pun bisa dipajang dengan mudah.
Suasananya sajian di website kita itu harus seperti pasar malam, bebas tetapi sopan, di mana orang bisa berpindah-pindah ke sana kemari, menurutkan minat dan kebutuhan masing-masing, tetapi semua keriuhan itu tetap di bawah payung besar, “ini lho rumah mayanya Wong Wonogiri di dunia.”
Mas BS, Mas Sarnen, Mas Anto dan Mas Darmanto, saya yakin, Anda-Anda semua telah memberikan keteladanan kepada warga generasi muda Wonogiri. Tokoh-tokoh yang telah disebut oleh Mas BS dalam email, semuanya menjadi kebanggaan anak-anak muda Wonogiri pula.
Problemnya adalah, para tokoh-tokoh di atas itu kebanyakan masih sebagai tacit knowledge, pengetahuan yang tersembunyi, diam-diam. Untuk menceknya, bisa diriset via Google. Jadi keinginan luhur Mas BS untuk “menjual” (kan beliau orang marketing) keteladanan para WNA yang kebetulan di Jakarta, adalah, antara lain, harus dimulai dengan sikap membuka diri dari para tokoh teladan itu.
Berdasarkan kelompok umur, seperti Mas BS dan juga saya, kiranya memang sudah pada saatnya untuk membuka diri, mendongengkan sejarah hidup kepada generasi yang lebih muda, mengajak dialog dengan mereka, MENDENGARKAN mereka, dan sekali-kali TIDAK UNTUK MENGGURUI mereka.
Kalau semangat kita diawali dengan keinginan untuk menceramahi, mengkhotbahi, menggurui, pastilah mereka sudah tutup kuping dan kita ditinggalkan pergi. “Kita generasi baru, kita butuh penjelasan baru,” antara lain, kalau tak salah, bunyi lirik lagu San Francisco.
Untuk menggalang kontak komunikasi dan interaksi kita dengan generasi muda, tersedia banyak venues dan media. Idenya bisa kita gali bersama-sama di masa depan. Misalnya, bisa ngga kantor Mas Daryatmo atau Mas Gunadi dijadikan sebagai salah satu spot yang boleh dikunjungi pelajar-pelajar Wonogiri ketika mereka tur ke Jakarta ? Kan di acara itu Mas Daryatmo dan Mas Gunadi bisa sesorah, menceritakan perjuangan beliau sebagai warga Wonogiri ? Bukankah ini membanggakan, sekaligus menyemaikan embrio cita-cita pada benak pelajar bersangkutan ?
Ide-ide lain sudah berparade di kepala saya.
Tetapi, stop dululah.
Saya lebih mendukung gagasan yang lebih konkrit dari Mas BS dan Mas Sarnen, bahwa gagasan meluncurkan website PAKARI sampai meluncurkan milis, bisa kita jadikan sebagai langkah awal yang bisa kita realisasikan. Semua kerja semacam ini butuh waktu tidak sedikit, diam-diam, tidak nampak, dan tidak segera menampakkan hasil yang memuaskan. Juga tidak langsung banyak dan awet di antara yang akan bergabung. Resiko sebagai pionir. Tetapi kalau semuanya diawali dan dijalani dengan cinta, semua itu bakal menorehkan sesuatu yang bermakna.
Mas BS, Mas Sarnen, Mas Anto dan Mas Darmanto, saya yakin gagasan saya di atas sudah mekar pula pada diri-diri Anda. Semoga bermanfaat sebagai bahan obrolan awal. Terima kasih untuk persahabatan dan perkenalan Anda semua.
Salam dari Kajen, Wonogiri.
Sukses dan sejahtera selalu untuk Anda semua.
Wassalam,
Bambang Haryanto
Saturday, February 10, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Wah Top Bgt sekali idenya pak....
bs bgt buat nyambung silaturahmi...
sy kyknya masih anak ingusan bgt nih kl mo ikut2an, tp kl diizinkan mberikan argumen re. t4 kelahiran saya, Wonogiri tercinta...
saya tersanjung sekali...
Sukses selalu Wonogiri...
Post a Comment